Tradisi Perang Nasi atau Balbalan Sego merupakan warisan kebudayaan yang sudah terjadi turun-temurun di Dusun Tambakselo, Desa Pelanglor, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Acara ini sebagai bentuk syukur atas hasil panen yang didapat oleh masyarakat Desa Pelanglor. Di mana mayoritas profesi dari masyarakat Desa Pelanglor sendiri yaitu sebagai Petani.
Tradisi ini cukup unik dan menarik karena memiliki ciri khas khusus dari beragam kegiatan “Bersih Desa” atau “Nyadran” di Ngawi. Keunikan dari tradisi ini yaitu adanya saling lempar nasi satu sama lain yang sudah dilakukan dari generasi ke generasi. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai tradisi ini bisa simak pada pembahasan berikut ini.
Sekilas Mengenai Tradisi
Tradisi Perang Nasi atau Balbalan Sego merupakan warisan nenek moyang yang sudah dilakukan secara turun-temurun dari berbagai generasi ke generasi. Asal-usul tradisi ini disebabkan dulunya warga tidak bisa tertib ketika mengambil nasi yang ada di punden saat setelah acara pembacaan doa. Hal tersebutlah menjadikannya aksi saling rebut nasi dan saling lempar-lemparan atau dalam bahasa Jawa disebut Balbalan Sego, sehingga terjadi sampai saat ini.
Dalam tradisi ini, pada hari pelaksanaan para warga sukarela membawa nasi yang dibungkus daun jati dengan isian beberapa lauknya, seperti mie, sayur tahu, sayur kentang, dan rempeyak atau kerupuk merah. Nasi tersebut dikumpulkan di punden Sendang Tambak dan disusun menyerupai tumpeng. Meski pada setiap tahunnya nasi yang terkumpul memiliki jumlah berbeda tergantung, akan tetapi acara tersebut hampir setiap tahun dilaksanakan.
Dalam pelaksanakan acara tersebut, dari anak-anak hingga orang tua akan ikut sera meramaikan tradisi perang nasi. Meski acara ini dilakukan dengan cara saling melempar, akan tetapi mereka tidak memiliki dendam dan melakukannya untuk bersenang-senang. Meski begitu tidak semua nasi digunakan untuk Balbalan Sego, karena ada sebagian orang yang memiliki inisiatif untuk membawa nasi yang tersebut untuk dibawa pulang.
Makna Tradisi Balbalan Sego
Masyarakat Desa Pelanglor melakukan tradisi ini sebagai bentuk hormat kepada danyang atau nenek moyang desa tersebut. Menurut kebanyakan masyarakat desa tersebut, tujuan dilaksanakan Balbalan Sego sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panennya. Selain itu beberapa masyarakat juga berharap bahwa acara tersebut sebagai tolak balak agar warga desa tidak mendapatkan musibah.
Waktu Pelaksanaan Balbalan Sego
Tradisi Perang Nasi atau Balbalan Sego dilaksanakan setahun sekali pada saat masa panen kedua. Biasanya masa panen kedua ini terjadi sekitar bulan Agustus pertengahan, sehingga pelaksanakan acara tersebut sering dilakukan pada bulan-bulan tersebut. Untuk waktu pelaksanakan biasanya dilakukan pada hari Jum’at Legi dan acara intinya dilakukan setelah waktu sholat Jum’at antara jam 13.00-15.00 WIB.
Biasanya waktu pelaksanakannya dilakukan atas dasar kesepakatan masyarakat dan pihak perangkat desa. Acara ini termasuk acara wajib setiap tahun yang dilakukan oleh masyarakat dan pihak desa yang bersangkutan. Tempat pelaksanakan acara dilakukan dari rumah kepala desa dan acara intinya berada di Sendang Tambak.
Alamat dan Rute Menuju Lokasi
Tradisi Perang Nasi atau Balbalan Sego ini merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Tambakselo, Desa Pelang Lor, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Tempat pelaksanaannya dilakukan di Sendang Tambak dan rumah kepala desa sebagai titik awal dari berbagai runtutan acara. Akses menuju ke tempat acara ini cukup mudah karena cukup dekat dengan Jalan utama Solo-Ngawi yang jaraknya kurang lebih 1 Km.
Untuk menuju lokasi ini, pengunjung yang berasal dari arah Surabaya maupun Surakarta bisa berhenti di kawasan wisata Monumen Suryo. Setelah itu tinggal pergi ke arah selatan untuk menuju lokasi dengan jarak kurang lebih 1 Km. Lebih mudahya lagi bisa menggunakan Google Maps dan mengetikan “Sendang Tambak Ngawi”, maka secara otomatis akan diberi rute menuju tepat tersebut.
Prosesi Acara Tradisi Perang Nasi
Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan Tradisi Perang Nasi atau Balbalan Sego. Berikut beberapa tahapan tersebut.
1. Sebelum Tradisi Balbalan Sego dilaksanakan, masyarakat Tambakselo sepakat untuk membayar iuran dalam pelaksanaan acara tersebut sebelum hari H. Karena Iuran ini bersifat seikhlasnya, maka masyarakat tidak dipatok jumlah membayarnya.
2. Upacara pembukaan, upacara ini dibuka oleh kepala Desa Pelanglor di rumahnya yang dihadiri seluruh elemen masyarakat maupun pemerintah setempat. Dalam pelaksanaannya, upacara pembukaan terkadang juga diiringi oleh kesenian Reog Ponorogo sebagai daya tarik tersendiri untuk sebagian pengunjung.
3. Pembacaan Doa dilakukan di Sendang Tambak, sebuah sendang yang digunakan sebagai inti dari acara Balbalan Sego. Di mana peserta acara akan berdoa di tengah punden dengan harapan agar desa tersebut dijauhkan dari musibah. Sebelum upacara ini masyarakat desa dengan sukarela membawa nasi yang dibungkus daun jati dan ditempatkan di tengah punden Sendang Tambak.
4. Balbalan Sego, acara in merupakan paling inti dalam Tradisi Perang Nasi. Di mana setelah pembacaan doa, peserta perang nasi akan mulai melancarkan aksinya untuk saling berebut nasi dan melakukan perang nasi antara satu peserta dengan peserta lainnya. Acara ini tidak begitu lama, hanya beberapa menit saja nasi yang tadinya melimpah ruah di tengah punden kini berserakan di sekitar punden Sendang Tambak.
5. Acara Hiburan dan Penutup, setelah acara inti dilakukan maka acara selanjutnya yaitu acara terakhir. Dalam acara ini setelah “Balbalan Sego”, biasanya di rumah kepala desa terdapat pertunjukan hiburan seperti Reog Ponorogo. Saat malam juga terdapat pertunjukan hiburan, dalam hal ini seperti pementasan wayang kulit atau gambyong tergantung dari kebijakan perangkat desa.
Nah, untuk mengetahui informasi lengkap mengenai waktu pelaksanakan acara ini bisa dicari melalui website desa yaitu pelanglor. ngawikab.go.id.